Capaian Luar Biasa Film Jumbo: Menuju 10 Juta kali Ditonton, Cetak Sejarah Baru Perfilman Indonesia
Mei 12, 2025
ElangID - Jakarta, 12 Mei 2025 – Film animasi Indonesia Jumbo terus mencatatkan prestasi gemilang dengan mencapai lebih dari 10 juta penonton di bioskop nasional sejak tayang perdana pada 31 Maret 2025. Pencapaian ini menempatkan Jumbo sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa, melampaui rekor sebelumnya yang dipegang oleh KKN di Desa Penari (2022) dengan 10.631.033 penonton. Film produksi Visinema Studios ini juga menjadi film animasi Asia Tenggara dengan pendapatan tertinggi, mengalahkan Mechamato Movie (Malaysia, 2022) dengan pendapatan lebih dari $8 juta.
Perjalanan Menuju 10 Juta Penonton
Dirilis bertepatan dengan libur Lebaran 2025, Jumbo langsung menyedot perhatian penonton dengan visual memukau dan cerita yang menyentuh hati. Dalam tujuh hari penayangan, film ini telah meraih 1 juta penonton, memecahkan rekor Si Juki The Movie: Panitia Hari Akhir (2017) sebagai film animasi Indonesia terlaris. Pencapaian berlanjut dengan cepat: 3 juta penonton pada hari ke-14, 5 juta pada hari ke-19, 7 juta pada hari ke-27, dan 8 juta pada hari ke-32. Pada hari ke-41, Jumbo telah ditonton lebih dari 9 juta orang, sebelum akhirnya menembus angka 10 juta penonton pada awal Mei 2025.
Sutradara Ryan Adriandhy, yang juga menulis naskah bersama Widya Arifianti, mengungkapkan rasa syukurnya atas sambutan luar biasa ini. “Perjalanan lima tahun bersama lebih dari 420 kreator Indonesia kini berbuah manis. Melihat Jumbo dicintai oleh keluarga Indonesia adalah kepuasan terbesar,” ujar Ryan dalam siaran pers Visinema. Produser Anggia Kharisma menambahkan, “Angka 10 juta ini bukan hanya soal tiket, tetapi cerminan cinta dan kepercayaan masyarakat terhadap karya lokal.”
Sinopsis dan Daya Tarik Jumbo
Jumbo mengisahkan Don, seorang anak yatim piatu berusia 10 tahun yang kerap dirundung karena tubuhnya yang besar. Don menemukan inspirasi dari buku dongeng warisan orang tuanya, yang penuh dengan cerita dan ilustrasi ajaib. Ketika buku itu dicuri oleh Atta, teman yang sering merisaknya, Don bersama sahabatnya Nurman, Mae, dan peri misterius bernama Meri memulai petualangan untuk mengambilnya kembali. Perjalanan ini tidak hanya menguji keberanian mereka, tetapi juga mengajarkan nilai persahabatan, penerimaan diri, dan kehilangan.
Film ini memukau penonton dengan animasi berkualitas tinggi yang disebut-sebut setara dengan produksi Pixar dan Disney. Visual warna-warni, desain karakter yang unik, dan detail gambar yang tajam menciptakan dunia fantasi yang memanjakan mata. Soundtrack seperti “Selalu Ada di Nadimu” yang dinyanyikan Bunga Citra Lestari dan duet Prince Poetiray-Quinn Salman juga menjadi daya tarik tersendiri, dengan lirik yang menyentuh hati tentang kasih sayang keluarga.
Pengisi suara bertabur bintang, termasuk Ariel NOAH (Ayah Don), Bunga Citra Lestari (Ibu Don), Angga Yunanda (Acil), Cinta Laura Kiehl (Ibu Meri), dan pendatang baru seperti Prince Poetiray (Don) serta Quinn Salman (Meri), turut meningkatkan daya tarik film ini. Meski ada kritik tentang penggunaan artis sebagai “gimmick”, akting suara secara keseluruhan dinilai mampu menghidupkan karakter dengan baik.
Dampak dan Pengaruh di Industri Film
Keberhasilan Jumbo tidak hanya terlihat dari jumlah penonton, tetapi juga dari dampaknya pada industri animasi Indonesia. Film ini telah menggeser persepsi bahwa animasi lokal hanya untuk anak-anak, dengan cerita yang relevan untuk semua usia, termasuk tema bullying yang diangkat dari pengalaman pribadi Ryan Adriandhy. “Jumbo bukan hanya hiburan, tetapi ruang diskusi tentang perundungan dan penerimaan diri,” kata Ryan.
Film ini juga mendapat sorotan internasional, dengan rencana tayang di 17 negara, termasuk Malaysia, Singapura, Rusia, dan negara-negara Eropa mulai Juni 2025. Media asing seperti Variety menyoroti fenomena “buzzer gratis” di media sosial, di mana antusiasme penonton organik membuat Jumbo trending di X dan TikTok. Tokoh animasi lokal seperti Si Juki bahkan ikut merayakan, menyebut Jumbo layak bersaing di berbagai kategori Festival Film Indonesia (FFI), bukan hanya kategori animasi.
Tantangan dan Kritik
Meski sukses besar, Jumbo tidak luput dari kritik. Sebagian penonton dewasa menilai alur cerita berpindah terlalu cepat, dengan motivasi tokoh yang terasa dipaksakan. Untuk penonton anak-anak, narasi dianggap perlu lebih fokus agar mudah dipahami. Namun, kekurangan ini tidak mengurangi antusiasme publik, dengan bioskop terus menambah layar—lebih dari 3.600 penayangan di 900 layar pada puncaknya—dan antrean panjang penonton yang kerap kehabisan tiket.
Warisan Jumbo
Dengan pendapatan mencapai Rp 199 miliar pada 18 April 2025 dan terus bertambah, Jumbo telah mengukir sejarah sebagai film Lebaran terlaris 2025 dan film animasi terlaris di Asia Tenggara. Film ini juga melampaui jumlah penonton Frozen 2 di Indonesia, menjadikannya film animasi terlaris sepanjang masa di Tanah Air.
Visinema Studios, bersama rumah produksi Springboard dan Anami Films, berhasil membuktikan bahwa kreator lokal mampu menghadirkan karya berkualitas dunia. “Jumbo adalah bukti bahwa cerita sederhana tentang mimpi dan keberanian bisa menggerakkan hati jutaan orang,” ujar Novia Puspa Sari, produser lainnya. Dengan proyeksi distribusi global dan antusiasme yang belum mereda, Jumbo tidak hanya menjadi kebanggaan Indonesia, tetapi juga simbol kebangkitan animasi lokal di kancah internasional.
Untuk informasi lebih lanjut tentang Jumbo, kunjungi akun resmi
@jumbofilm_id
di Instagram atau situs Visinema Studios.Catatan: Data penonton berdasarkan laporan hingga 1 Mei 2025, dengan proyeksi melebihi 10 juta berdasarkan tren positif dan sumber terpercaya.