BREAKING NEWS

Sejarah Lengkap Font Times New Roman dan Penggunaannya di Indonesia



ElangID - Times New Roman adalah salah satu font paling ikonis dan banyak digunakan di dunia, terutama dalam dokumen formal, akademik, dan media cetak. Font ini dikenal karena keterbacaannya yang tinggi, desain serif yang elegan, dan fleksibilitasnya dalam berbagai konteks. Artikel ini akan membahas sejarah penciptaan Times New Roman, perkembangannya, serta kapan dan bagaimana font ini mulai digunakan di Indonesia, dengan konteks berita terkini yang relevan.
Sejarah Penciptaan Times New Roman
Times New Roman pertama kali diciptakan pada tahun 1931 atas pesanan surat kabar Inggris The Times. Font ini dirancang oleh Stanley Morison, seorang konsultan tipografi dari Monotype Corporation, bekerja sama dengan Victor Lardent, seorang seniman lettering dari departemen periklanan The Times. Penciptaan font ini dipicu oleh kritik Morison terhadap kualitas cetakan The Times, yang dianggap buruk dan menggunakan huruf kuno yang kurang efisien.
Morison mengambil inspirasi dari font klasik abad ke-18 seperti Plantin dan Baskerville, tetapi ia memperbarui desainnya dengan serif yang lebih tajam dan proporsi yang lebih ramping untuk menghemat ruang di halaman koran. Font ini dinamakan Times New Roman untuk mencerminkan identitas The Times dan desainnya yang modern pada masa itu. Font ini resmi debut pada edisi The Times tanggal 3 Oktober 1932 dan langsung mendapat sambutan positif karena keterbacaannya yang tinggi dan efisiensi ruang.
Setelah satu tahun digunakan secara eksklusif oleh The Times, Times New Roman dirilis untuk penjualan komersial oleh Monotype pada tahun 1933. Font ini mulai diadopsi oleh penerbit buku, surat kabar lain, dan dokumen resmi di Inggris dan Amerika Serikat.

Perkembangan di Era Digital
Popularitas Times New Roman melonjak signifikan di era digital, terutama setelah Microsoft memasukkannya sebagai font default dalam Microsoft Windows sejak versi 3.1, yang dirilis pada 6 April 1992. Font ini juga menjadi standar di Microsoft Word, menjadikannya salah satu font paling dikenal dan digunakan di seluruh dunia. Selain Microsoft, Times New Roman (atau variannya, Times Roman) juga tersedia di sistem operasi Apple Mac OS X dan perangkat lunak seperti Adobe Photoshop, menjadikannya font universal di berbagai platform.
Perbedaan nama antara “Times New Roman” dan “Times Roman” muncul karena lisensi yang berbeda. Monotype, yang bekerja dengan Microsoft, menggunakan nama “Times New Roman,” sedangkan Linotype, yang bekerja dengan Apple dan Adobe, menggunakan nama “Times Roman.” Meski ada perbedaan kecil dalam desain, keduanya memiliki karakteristik serupa dan dianggap sebagai font yang sama oleh kebanyakan pengguna.
Times New Roman juga memengaruhi perkembangan font serif lainnya, seperti Georgia, yang memiliki goresan mirip tetapi dengan serif yang lebih lebar. Font ini tetap relevan karena keterbacaannya yang tinggi, kesan profesional, dan ketersediaannya di hampir semua sistem operasi, termasuk Windows, macOS, dan Linux.
Keunggulan Times New Roman
Times New Roman memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya tetap populer hingga kini:
  • Keterbacaan Tinggi: Desain serif yang tajam dan spasi yang seimbang membuatnya nyaman dibaca baik di media cetak maupun digital.
  • Fleksibilitas: Cocok untuk berbagai keperluan, mulai dari dokumen akadem akademik, laporan bisnis, hingga desain grafis.
  • Ketersediaan Universal: Tersedia di hampir semua perangkat dan aplikasi pengolah kata.
  • Kesan Profesional: Dianggap sebagai font “aman” untuk dokumen resmi, seperti skripsi, jurnal ilmiah, dan kontrak.
  • Sejarah dan Prestise: Statusnya sebagai font resmi pemerintah AS hingga 2004 (sebelum digantikan oleh Calibri) menambah kesan formalitasnya.
Penggunaan Times New Roman di Indonesia
Di Indonesia, Times New Roman mulai digunakan secara luas sejak pertengahan hingga akhir 1980-an, seiring dengan masuknya teknologi percetakan modern dan komputer pribadi. Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, berikut adalah gambaran penggunaannya di Indonesia:
  1. Era Pra-Digital (Sebelum 1990-an):
    • Pada 1980-an, penggunaan font seperti Times New Roman atau font serif serupa sudah umum di kalangan mahasiswa dan institusi pendidikan, terutama untuk dokumen resmi seperti skripsi dan ijazah. Percetakan di sekitar kampus, seperti Prima dan Sanur di dekat Universitas Gadjah Mada (UGM), menggunakan peralatan typesetting canggih yang mampu menghasilkan font Times New Roman atau font serupa.
    • Mesin ketik dengan bola font, seperti IBM Selectric, juga memungkinkan penggunaan font serif yang menyerupai Times New Roman untuk dokumen penting, seperti lembar pengesahan skripsi.
    • Meskipun teknologi komputer belum meluas, jasa percetakan profesional sudah mengadopsi font ini untuk keperluan formal, termasuk cetak sampul skripsi dan dokumen akademik.
  2. Era Digital (1990-an dan Seterusnya):
    • Penggunaan Times New Roman di Indonesia meningkat pesat pada 1990-an seiring dengan penyebaran komputer pribadi dan perangkat lunak seperti Microsoft Word. Font ini menjadi standar untuk dokumen akademik, laporan resmi, dan karya ilmiah di berbagai universitas dan instansi.
    • Institusi pendidikan di Indonesia, seperti UGM, Universitas Indonesia, dan lainnya, menjadikan Times New Roman sebagai font baku untuk penulisan skripsi, tesis, dan disertasi karena kesan profesional dan keterbacaannya.
    • Media cetak, seperti surat kabar dan majalah, juga mulai menggunakan Times New Roman atau varian serif untuk artikel dan laporan, mengikuti tren global.
  3. Kontroversi Ijazah Jokowi (2025):
    • Pada Maret 2025, Times New Roman kembali menjadi perbincangan di Indonesia akibat kontroversi seputar keaslian ijazah mantan Presiden Joko Widodo dari UGM (lulus tahun 1985). Seorang mantan dosen Universitas Mataram, Rismon Hasiholan Sianipar, mengklaim bahwa penggunaan font Times New Roman pada ijazah dan skripsi Jokowi tidak mungkin karena font ini baru tersedia di komputer pada 1992 melalui Windows 3.1.
    • Klaim ini memicu debat publik, terutama di media sosial seperti X, di mana netizen mempertanyakan sejarah font tersebut. Namun, UGM dan beberapa ahli, termasuk Dekan Fakultas Kehutanan Sigit Sunarta, membantah klaim ini. Mereka menjelaskan bahwa pada 1985, percetakan di sekitar UGM sudah menggunakan font Times New Roman atau font serupa untuk sampul skripsi dan dokumen resmi.
    • Sigit menegaskan bahwa mahasiswa pada era itu sering mencetak dokumen di percetakan seperti Prima dan Sanur, yang memiliki mesin cetak modern. Selain itu, Ketua Senat Fakultas Kehutanan UGM, San Afri Awang, juga mengkonfirmasi bahwa ia sendiri menggunakan jasa percetakan untuk sampul skripsinya pada periode yang sama, dan font serupa Times New Roman sudah tersedia.
    • Kontroversi ini menunjukkan kurangnya pemahaman publik tentang sejarah font dan teknologi percetakan di Indonesia pada 1980-an, sekaligus memperkuat fakta bahwa Times New Roman sudah digunakan di Indonesia jauh sebelum era digital.
Perkembangan Terkini dan Relevansi
Hingga tahun 2025, Times New Roman tetap menjadi font pilihan untuk dokumen formal di Indonesia, meskipun font sans-serif seperti Calibri dan Arial mulai populer di kalangan profesional muda karena tampilannya yang lebih modern. Namun, Times New Roman masih dianggap sebagai standar emas untuk penulisan akademik dan dokumen resmi karena sejarahnya yang panjang dan kesan profesionalnya.
Kontroversi ijazah Jokowi juga membawa Times New Roman kembali ke sorotan publik, menunjukkan bahwa font ini tidak hanya relevan secara teknis tetapi juga memiliki dampak budaya dan sosial di Indonesia. Diskusi di platform seperti X menunjukkan bahwa font ini telah menjadi bagian dari wacana publik, dari konteks akademik hingga politik.
Kesimpulan
Times New Roman adalah font legendaris yang lahir dari kebutuhan praktis surat kabar The Times pada 1931. Dirancang oleh Stanley Morison dan Victor Lardent, font ini telah berkembang dari media cetak ke dunia digital, menjadi salah satu font paling populer di dunia. Di Indonesia, Times New Roman mulai digunakan secara luas pada 1980-an melalui jasa percetakan profesional dan mesin ketik canggih, terutama untuk dokumen akademik dan resmi. Penggunaannya semakin meluas pada 1990-an dengan adopsi komputer pribadi dan Microsoft Word.
Kontroversi seputar ijazah Jokowi pada 2025 menegaskan bahwa Times New Roman sudah digunakan di Indonesia sejak 1980-an, khususnya di lingkungan akademik seperti UGM. Meskipun teknologi dan preferensi font terus berkembang, Times New Roman tetap relevan sebagai simbol keterbacaan, profesionalisme, dan sejarah tipografi. Font ini tidak hanya mencerminkan evolusi teknologi cetak dan digital, tetapi juga menjadi bagian dari narasi sosial dan politik di Indonesia.
Sumber:
  • Tempo.co, 24 Maret 2025
  • Kompas.com, 1 Januari 2025
  • Wikipedia Indonesia
Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar